Pebayuran Suaracikarang.comĀ
Dalam rangka memperingati 10 Muharam 1447 Hijriah, Pemerintah Desa Karangharja, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, kembali menghidupkan tradisi leluhur dengan menggelar kegiatan Sedekah Bumi pada Jumat (5/7/2025). Kegiatan ini dikemas secara meriah melalui Gerebeg Tumpeng dan penyerahan Santunan Anak Yatim-Piatu sebagai bentuk rasa syukur dan kepedulian sosial.
Acara dipusatkan di kawasan Jalan Tanggul H. Sona, Kampung Kobak Ceper RT 05/02, tepat di tengah area persawahan, yang menjadi simbol kesuburan dan hasil bumi. Lokasi ini dipilih karena sarat makna dan menjadi tempat berkumpulnya warga dari berbagai lapisan masyarakat.
Lurah Karangharja, Sukarma, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Sedekah Bumi adalah wujud syukur atas limpahan rezeki serta sarana mempererat kebersamaan dan solidaritas warga.
“Kita ingin tradisi ini terus hidup. Ini bukan hanya tentang budaya, tapi juga bagaimana kita berbagi, saling mendoakan, dan menjaga harmoni dengan alam serta sesama. Tahun ini, kami siapkan santunan bagi 130 anak yatim-piatu dan mengarak 60 tumpeng dari berbagai RT sebagai simbol kebersamaan,” ujar Lurah Sukarma.
Kegiatan ini dihadiri ratusan warga dan dimeriahkan dengan arak-arakan 60 tumpeng yang dihias secara kreatif dan penuh makna oleh masyarakat dari berbagai wilayah di Desa Karangharja. Setelah doa bersama, tumpeng-tumpeng tersebut dibagikan kepada warga sebagai wujud rasa syukur dan kebersamaan.
Tak hanya itu, dalam kesempatan yang penuh keberkahan ini, sebanyak 130 anak yatim-piatu menerima santunan dari pemerintah desa, donatur lokal, serta tokoh masyarakat. Bantuan yang diberikan berupa paket sembako, perlengkapan sekolah, dan uang santunan.
Acara juga turut dihadiri oleh unsur Muspika Kecamatan Pebayuran, termasuk dari pihak kecamatan, Polsek Pebayuran, dan Koramil. Kehadiran mereka menjadi bentuk sinergi nyata antara pemerintah, aparat, dan masyarakat dalam melestarikan nilai-nilai budaya dan sosial.
Melalui Sedekah Bumi 2025 ini, Lurah Sukarma berharap kegiatan serupa dapat terus digelar setiap tahun sebagai agenda budaya dan spiritual yang memperkuat nilai gotong royong, kepedulian sosial, dan pelestarian tradisi warisan nenek moyang.
Penulis pajri
Editor Enan ST