Proyek Gerakan Perkumpulan Petani Pemakai Air ( GP3A ) yang berlokasi di Desa Karang Mukti diduga tidak sesuai RAB yang di tentukan..
Karang Bahagia , Suara Cikarang .Com.
Proyek pekerjaan kelompok Tani yang biasanya disebut Mitra Cai atau Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air ( GP3A ) yang sumber Dana dari pemerintah Provinsi, yang dikerjakan CV PUTRA KALI CITARUM anggaran APBD tahun 2025 dengan No Kontrak 003 .3 .375 .937/ DISTAN 2025 dengan nilai Rp 167 .218. 046 , yang berhubungan dengan Balai Besar Wilayah Sungai ( BBWS ) yang selalu di gelontorkan dari Provinsi dalam bentuk Aspirasi Dewan yang tujuannya untuk para Petani , bentuk kegiatannya saluran air atau irigasi pertanian. Jumat 12 September 2025.
Dalam kegiatan Proyek GP3A banyak sekali kelompok Tani yang di beri amanat dari pemerintah Provinsi untuk membangun saluran irigasi untuk pengairan persawahan asal jadi sebab pekerjaannya menyalahi Rencana Anggaran Biaya ( RAB ), seperti tidak ada Alat Pelindung Diri ( APD ) atau K3 para pekerja , kegiatan atau papan Informasi terkait nama kelompok Tani tidak sesuai di derap kegiatan sama dipapan informasi , anggaran yang di gelontorkan oleh pemerintah Provinsi yang terjadi di kelompok Tani : P3A Tani Mukti dan P3A Mukti Mandiri yang pengelola ketua kelompok Tani Iwang yang berlokasi di Desa Karang Mukti Kecamatan Karang Bahagia Kabupaten Bekasi Jawa Barat
Pekerja ketika di wawancara awak media dilokasi Pekerjaan , awak media menanyakan terkait pemasangan batu gunung kenapa masang batunya di pasang miring bang, hanya dua batu? Tanya awak media kepada tukang , iya menjawab itu bukan saya yang mengerjakan pak, yang pertama , saya hanya meneruskan melanjutkan itu bukan saya yang pertama orang lain ,tanya lagi awak media,” tukang yang pertama emangnya orang mana bng ? bukan orang karang Mukti , kalau Abang orang mana ni saya orang Karang Mukti asli,” ucap tukang pada awak media.
Pemasangan batunya hanya 45 cm digalinya dan bekas lumpurnya tidak diangkatin masih pada numpuk disaluran air . Dengan pemasangan batu seperti itu dimungkinkan tidak bertahan lama ,apabila pematangnya bergerak sudah pasti batunya pada gempar sebab pemasangan batu di tumpuk diatas galengan pemasangan batunya tidak ditumpuk , padahal pemerintah sudah sangat peduli para petani untuk lahan pengairan persawahan tapi para pelaku pekerjanya yang kurang profesional dalam har pekerjannya.
Penulis : Asun Nirwanto
Editor Enan ST